Mega dan Bowo Rujuk, Bagaimana Nasib Jokowi Selanjutnya: Tersisih atau Masih Punya Panggung?

Rekonsiliasi Megawati dan Prabowo bikin Jokowi kian tersisih dari peta kekuasaan. Apakah ia akan jadi gelandangan politik?--Gambar dibuat oleh AI untuk Postingnews.id.
POSTINGNEWS.ID --- PDIP belok arah. Partai yang selama dua kali pemilu jadi oposisi garis keras Prabowo Subianto, kini justru menginstruksikan kadernya untuk mendukung pemerintahan Presiden RI terpilih 2024 itu. Benarkah Mega dan Bowo (baca: Prabowo) rujuk? Lalu, bagaimana nasib Jokowi setelah ini?
Sikap mendukung Prabowo datang langsung dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dalam pengarahan internal PDIP yang digelar di Bali akhir Juli lalu.
Perintah Megawati itu tak bisa dilepaskan dari manuver politik Istana baru-baru ini. Prabowo mengusulkan amnesti untuk Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang sedang menjalani proses hukum yang kemudian langsung diiyakan oleh DPR.
Bukan rahasia, amnesti dan dukungan partai politik adalah mata uang tukar dalam politik rekonsiliasi. Tapi di balik itu, yang perlahan jadi pertanyaan adalah ke mana arah nasib politik Joko Widodo (Jokowi) setelah poros kekuasaan bergeser?
BACA JUGA:Selamat! Nih, 5 Shio yang Paling Beruntung Sepanjang Bulan Agustus 2025, Apakah Kamu Termasuk?
Ada catatan kaki di balik sikap PDIP merapat ke Prabowo. Dukungan banteng tampak setengah hati. Dalam pernyataan resmi, PDIP menyatakan siap bersinergi dengan pemerintahan Prabowo, tetapi sengaja tak menyinggung nama Gibran Rakabuming Raka selaku wakil presiden terpilih.
Ada jarak emosional di sana yang bisa dibaca semacam “trauma konstitusional” terhadap kehadiran figur muda itu yang dianggap lahir dari putusan MK kontroversial.
Meski demikian, realitasnya PDIP kini tak lagi menyerang Prabowo, melainkan berbalik menjadi mitra, setidaknya di level kebijakan publik. Partai berlambang banteng itu memilih akomodasi politik daripada oposisi frontal.
Jokowi di Persimpangan Koalisi
Pergeseran haluan PDIP membawa konsekuensi langsung bagi Jokowi, presiden ke-7 RI yang sudah hampir 10 bulan lengser. Jokowi ibarat berada di persimpangan dua arus.
Di satu sisi partai asalnya (PDIP) yang kini “rujuk” dengan Prabowo, di sisi lain kedekatannya sendiri dengan Prabowo dan Gerindra yang terjalin menjelang Pilpres 2024.
Pada masa kampanye lalu, relasi Jokowi dengan PDIP memang merenggang. Jokowi tak sepenuh hati mengikuti garis partai yang mencalonkan tokoh lain dan justru memberi restu kepada pencalonan Prabowo, bahkan secara blak-blakan Prabowo mengaku hanya maju karena didukung Jokowi.
Puncaknya, putra Jokowi, Gibran, maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo—langkah yang praktis menempatkan Jokowi berseberangan dengan kepentingan PDIP sendiri.
BACA JUGA:Abolisi Tom Lembong, Rekonsiliasi Politik di Balik Langkah Prabowo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber