Mega dan Bowo Rujuk, Bagaimana Nasib Jokowi Selanjutnya: Tersisih atau Masih Punya Panggung?

Rekonsiliasi Megawati dan Prabowo bikin Jokowi kian tersisih dari peta kekuasaan. Apakah ia akan jadi gelandangan politik?--Gambar dibuat oleh AI untuk Postingnews.id.
Kombinasi itu bisa membuat pengaruh Jokowi tersisih perlahan. Ibarat permainan catur, Jokowi telah kehilangan “bidak” utama (partainya), sementara lawan justru mendapat dukungan ganda.
Sejarah politik Indonesia menunjukkan, tak mudah bagi tokoh besar yang terlempar dari lingkar inti kekuasaan untuk tetap relevan. Nama Amien Rais kerap disebut sebagai cermin. Sosok sentral Reformasi 1998 ini pelan-pelan terdepak dari partai yang ia dirikan, hingga akhirnya mendirikan partai kecil baru yang sulit menembus parlemen.
Nasib serupa membayangi Jokowi bila ia gagal mencari pijakan baru. Setelah “didepak halus” oleh PDIP, Jokowi tentu tak ingin dikenang sebagai mantan presiden yang hanya jadi penonton. Namun, jalan kembali ke panggung utama tak otomatis terbuka.
Meski terdesak secara politik, Jokowi bukan tanpa bekal. Satu dekade berkuasa memberinya jaringan luas dan loyalis yang tersebar di berbagai lini. Dari ormas relawan semacam Projo, hingga figur-figur birokrasi dan kepala daerah yang tumbuh di eranya, masih ada gerbong “pasukan” Jokowi yang bisa digerakkan.
Sebagai mantan presiden, Jokowi masih memiliki pengaruh dan pengikut yang loyal—modal penting jika ia ingin membangun kekuatan baru demi melanggengkan karier politik keluarga dan kroninya. Bahkan sejumlah partai politik terbuka mengajaknya bergabung.
Partai Golkar dan Gerindra sempat disebut-sebut sebagai pelabuhan potensial, meski masing-masing ada plus minusnya. Di Gerindra, keberadaan Prabowo sebagai figur sentral bisa menimbulkan risiko “matahari kembar” bila Jokowi masuk.
BACA JUGA:7 Bahan Dapur Alami Ampuh Atasi Hipertensi dan Cegah Penyakit Jantung
Sementara di Golkar, justru kekosongan tokoh berdaya tarik elektoral membuat nama Jokowi dianggap fit secara politis. Tak heran, Jokowi dikabarkan intens berkomunikasi dengan elite Golkar pasca lengser, meski belum terang apakah ia akan resmi berlabuh di sana.
Selain jalur partai besar, ada opsi lain, yakni mendirikan partai baru atau mengambil alih partai kecil. Sejumlah relawan Jokowi sudah mewacanakan mengubah Projo menjadi partai politik. Putra bungsunya, Kaesang Pangarep, bahkan kini memimpin PSI, partai kaum muda yang bisa menjadi kendaraan alternatif. Opsi-opsi ini terdengar menjanjikan di atas kertas, tetapi tantangannya besar.
Membangun partai dari nol butuh modal finansial dan infrastruktur yang tak sedikit. Apalagi magnet elektoral Jokowi bisa memudar seiring berjalannya waktu dan dominasi panggung oleh Presiden petahana Prabowo. Para investor dan pemilih cenderung ragu pada partai baru, apalagi jika sang patron sudah tidak memegang jabatan.
Parliamentary threshold 4 persen pun mengintai, sebagaimana dialami banyak partai baru. PSI di bawah Kaesang mungkin lebih mudah dikendalikan Jokowi ketimbang bikin partai benar-benar baru, tetapi sejauh mana partai itu bisa melejit masih tanda tanya.
BACA JUGA:5 Tips Bersihkan Kuping yang Benar, Kalau Salah Malah Bikin Kotoran Tersumbat!
Dari segi kekuatan ekonomi dan jaringan elite, Jokowi juga punya simpanan. Selama menjabat, ia menjalin hubungan erat dengan sejumlah konglomerat dan mengawal berbagai proyek strategis negara.
Beberapa tokoh kunci di lingkarannya, seperti Luhut Pandjaitan, Erick Thohir, dan Bahlil Lahadalia adalah pemain besar di sektor ekonomi. Di samping itu, Jokowi “masih menguasai infrastruktur kekuasaan: TNI, Polri, Kejaksaan, KPK, hingga para taipan” meski tak lagi di tampuk jabatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber