Pameran Martabat, Refleksi 200 Tahun Kisah Heroik Pangeran Diponegoro

Pameran Martabat, Refleksi 200 Tahun Kisah Heroik Pangeran Diponegoro

Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada pembukaan rangkaian kegiatan dalam rangka Peringatan 200 Tahun Perang Jawa yang diselenggarakan di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl.-Perpusnas-Perpusnas

Naskah-naskah klasik yang berasal dari berbagai masa dan tempat termasuk yang ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro di pengasingan, menjadi saksi bisu perjalanan luar biasa Sang Pangeran.

Salah satu kekuatan utama pameran ini adalah kehadiran kutipan langsung dari naskah Babad Diponegoro, autobiografi yang ditulis langsung oleh Pangeran Diponegoro selama masa pengasingan di Manado antara 1831 hingga 1832. Naskah ini ditulis dalam bentuk tembang macapat dan memuat lebih dari seribu bait.

Pameran terangkum dalam empat subtema kuratorial. Subtema pertama adalah Mustahar: Masa Kecil Sang Pangeran. Subtema ini menggambarkan perjalanan hidup Pangeran Diponegoro kecil di bawah asuhan Ratu Ageng.

Di sini ditampilkan referensi bacaan-bacaan klasik yang membentuk moralitasnya sebagai pemimpin yang santun, cerdas, dan peka terhadap penderitaan rakyat.

Subtema kedua adalah Perang Sabil: Api yang Dinyalakan. Subtema ini menghadirkan konteks Perang Jawa sebagai perang yang lahir dari penghinaan terhadap martabat dan tanah leluhur.

Dalam catatan sejarah, Diponegoro memilih jalan jihad untuk menolak ketidakadilan, bukan karena ambisi kekuasaan, tetapi demi menjaga harga diri bangsa. Subtema ini menampilkan koleksi artefak penting, seperti keris dan replika pelana kuda Pangeran Diponegoro yang dipinjamkan dari Museum Nasional. 

BACA JUGA:Adobe Firefly Rilis Update untuk Generator Video AI, Bisa Menghasilkan Efek Suara!

Subtema ketiga adalah Muslihat: Di Tepi Senja Seorang Pejuang. Subtema ini menyoroti bagian paling getir dari kisah Diponegoro, penangkapannya di Magelang setelah perundingan yang penuh tipu daya.

Subtema keempat adalah Lentera Bangsa: Ia yang Tak Pernah Padam. Subtema ini mengajak pengunjung memahami warisan moral Diponegoro yang tak lekang oleh waktu. Meski wafat di pengasingan di Makassar pada 1855, jejak perjuangannya terus hidup dan menginspirasi banyak tokoh pergerakan kemerdekaan hingga generasi masa kini.

“Martabat” bukan sekadar tema, tetapi jantung dari seluruh kisah ini. Ia adalah nilai yang diperjuangkan, ditegakkan, dan diwariskan oleh Sang Pangeran. Melalui pameran ini, masyarakat diingatkan bahwa perjuangan bukan hanya tentang kemenangan militer, melainkan juga tentang kesadaran moral dan keberanian menjaga kehormatan dalam setiap pilihan hidup.

Dalam pembukaan rangkaian kegiatan ini, turut hadir Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Ofy Sofiana, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Adin Bondar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Periode 1993-1998, Wardiman Djojonegoro, anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Bonnie Triana, dan Direktur KITLV-Jakarta, Marrik Bellen.

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya
Berita Terpopuler