Mengenal Eccedentesias, Seseorang yang Menyembunyikan Luka di Balik Senyuman

Mengenal Eccedentesias, Seseorang yang Menyembunyikan Luka di Balik Senyuman

cara tentukan jenis kulit wajah---Istimewa

POSTINGNEWS.ID - Pernahkah kamu menyembunyikan luka di balik sebuah senyuman? Kondisi ini dikenal dengan Eccendentesias. Lantas, bagaimana gejala eccedentesias dan apa penyebabnya? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

 

Kamu mungkin pernah berusaha menyembunyikan luka dengan memasang wajah bahagia. Dengan berbagai alasan, kamu melakukan hal ini karena menganggap sebagai pilihan terbaik. Kondisi ini sering disebut senyum palsu atau eccedentesias.

 

Kondisi ini merujuk pada seseorang yang terlihat bahagia dan menebar senyuman, padahal jauh di lubuk hari sedang merasakan sedih mendalam. Menurut pakar, kondisi ini sering terjadi. Kamu dapat memahami lebih jauh mengenai eccedentesias dengan menyimak pada pembahasan berikut ini.

 

Apa Itu Eccedentesias?

 

Dalam sebuah e-Jurnal bertajuk Gangguan Psikologi Eccedentesiast oleh Sheilla Sartika Salsabilla dijelaskan bahwa eccedentesiast adalah kondisi dimana seseorang menyembunyikan banyak hal di balik senyumannya. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi umum dimana seseorang cenderung menunjukkan wajah murung saat sedih. Orang dengan eccedentesiast justru membendung semua rasa kecewa, sedih, traumatis, dan depresi dengan menunjukkan wajah bahagia.

 

BACA JUGA:Perusahaan Dipailitkan Pemilik Modal Sendiri, Praktisi Hukum Nilai Sebagai Cara Menghindari Pembayaran Hutang

 

Seorang psikolog di Clinical Psychologist dan Brainspotting Trainer & Therapist RS Pantai Indah Kapuk, Ine Indriani, M.Psi, menjelaskan bahwa eccedentias biasa disebut sebagai senyum palsu atau fake smile. Menurut Indriani, orang-orang yang mengalami eccedentias menunjukkan dirinya terlihat baik-baik saja disaat sedang menghadapi suatu masalah.

 

Indriani menjabarkan bahwa dibalik senyuman seseorang dengan eccedentias, terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain bahwa dia sedang senang dan baik-baik saja. Meskipun hal ini tidak berpengaruh pada orang lain, kondisi ini justru tidak baik bagi orang dengan eccedentias sendiri.

 

Kata eccedentias berasal dari bahasa Latin “Ecce” yang bermakna “look at and dente teeth” atau lihat pada giginya. Maksudnya, ketika menilai senyuman seseorang kita harus melihat lebih jauh untuk mengetahui kondisi sesungguhnya.

 

Gejala Eccedentesias

 

Gejala paling umum dari kondisi ini adalah ketika seseorang yang menunjukkan senyuman tidak tulus, Jika kamu perasa, kamu mungkin dapat mengetahui ketulusan dari senyuman seseorang. Meski terkadang tidak dapat dijelaskan melalui kata-kata, kamu dapat merasa bahwa terdapat masalah dibalik senyuman tersebut.

 

Selain itu, kamu dapat memahami gejala eccedentesias dengan melihat perilaku berikut ini.

 

1. Perilaku sering menyendiri

 

Jika kamu sering merasa ingin menyendiri dan tidak nyaman berbaur dengan orang lain, hal ini dapat menjadi gejala eccedentesias. Hal ini dikarenakan seseorang dengan eccedentias berusaha menghindari bersosialisasi karena tidak terbuka pada teman-temannya.

 

Pada kondisi lain, saat kamu melihat ada seorang teman yang ingin selalu menyendiri atau tidak ingin berkumpul bersama orang lain, bisa jadi orang tersebut mengalami eccedentesias. Ketika menghadapi masalah, orang dengan eccedentesias tidak ingin dibantu oleh orang lain dan menutup diri.

 

2. Enggan berbagi cerita

 

Perilaku selanjutnya yang menunjukkan gejala eccedentesias adalah perilaku enggan berbagi cerita dengan orang lain. Seseorang yang mengalami eccedentesias memilih memendam saat menghadapi suatu masalah. Ia cenderung tidak mau bercerita dan bersikap biasa saja seperti tidak ada apa-apa di depan orang lain.

 

3. Berusaha terlihat bahagia, padahal tidak

 

Pernahkan kamu bertemu dengan seseorang yang terlihat ceria, gembira, bahkan kerap melempar lelucon padahal sedang mengalami luka mendalam? Hal ini juga menjadi salah satu gejala eccedentesias. Mereka berusaha terlihat baik-baik saja padahal sedang memendam rasa sakit atau kekecewaan yang mendalam.

 

Hal ini dilakukan karena mereka kebingungan harus bereaksi apa saat menghadapi suatu masalah. Makanya, orang dengan eccedentesias memilih untuk menutupi rasa sakitnya dengan terlihat bahagia, bahkan menghibur orang lain.

 

4. Hanya mau berbicara kepada orang tertentu 

 

Saat mengalami eccedentesias, seseorang mungkin saja mau terbuka, tapi hanya pada orang-orang tertentu. Penderita cenderung selektif dan hanya mau berbagi dengan keluarga, teman dekat, atau seseorang yang ia percaya. Orang dengan eccedentesias tidak ingin semua orang mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami kesusahan.

 

Penyebab terjadinya eccedentesias

 

Kamu mungkin bertanya-tanya, apa sih sebenarnya penyebab eccedentesias? Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi ini. Salah satu faktor terbesarnya adalah perasaan bahwa ingin dianggap baik-baik saja dan tidak ingin menyulitkan orang lain.

 

Namun selain itu, ada penyebab lain yang membuat seseorang mengalami eccedentesias, di antaranya:

 

1. Ingin menyembunyikan perasaan

 

Kamu mungkin orang yang ingin menyembunyikan perasaan dan tidak ingin semua orang tahu apa yang sedang ia rasakan. Dalam beberapa kondisi, seseorang mengalami perasaan hancur dan kecewa namun ingin memendam hal ini dan bertindak seolah baik-baik saja. Bahkan, beberapa orang menyembunyikan perasaan sedih ini dengan perasaan lain yang berbanding terbalik seperti ceria dan gembira.

 

2. Terlalu tertutup dengan orang lain

 

Penyebab lain yang membuat seseorang mengalami eccedentesias karena dirinya terlalu tertutup dengan orang lain. Mereka menutup akses orang lain untuk mendampingi dan menemani hidupnya. Sehingga, orang lain tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia rasakan dan tidak memiliki teman berbagi.

 

Pada kebanyakan kasus, penyebab seseorang mengalami eccedentesias karena ia tidak ingin terbuka. Sehingga ia memendam semua yang ia rasakan sendiri dan mengaktifkan mode bertahan hidup dengan berjuang sendirian. Perasaan ini umumnya karena ia tidak mau merepotkan orang lain.

 

Tips mencegah eccedentesias

 

Jika kamu mengalami gejala eccedentesias, kamu tak perlu khawatir karena terdapat cara untuk mencegah hal ini terjadi semakin jauh. Kamu dapat mulai melakukan hal sederhana yaitu memperhatikan diri sendiri. 

 

Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan diri sendiri terkait hal-hal yang selama ini dialami. seperti apakah kamu sudah jujur pada perasaan yang dialami? Apakah kamu berani menolak sesuatu yang tidak disukai? Atau, apakah kamu sudah cukup tegas dalam memilih pilihan hidup?

 

Selain itu, kamu juga dapat memberi waktu pada diri sendiri untuk memahami apakah selama ini senyum yang diberikan sudah tulus dan kamu benar-benar bahagia. Kamu harus memberi ruang bagi diri untuk jujur dan mengakui setiap emosi yang dialami. Hal ini akan membuat kamu tidak memanipulasi diri sendiri yang berujung pada eccedentesias.

 

Nah, akhirnya kamu mengetahui perasaanmu secara jujur. Setelah ini, kamu dapat memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Kamu harus membiasakan jujur dan tidak menyembunyikan apa yang dirasakan.

 

Apakah eccedentesiast termasuk penyakit?

 

Menurut Ine Indriani, eccedentesias tidak dapat dikategorikan sebagai penyakit secara mentah-mentah. Hal ini karena setiap penyakit mental yang dialami harus mengacu pada disorder DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) atau ICD 11 (International Classification of Diseases).

 

Mengingat perasaan sedih dan tindakan mengeluh bukanlah sebuah penyakit, eccedentesias tidak langsung dikategorikan sebagai penyakit mental. Bisa jadi, hal ini hanyalah suatu upaya menutupi perasaan yang dilakukan oleh seseorang.

 

Nah, itulah eccedentesias, kondisi seseorang yang menyembunyikan luka di balik sebuah senyuman. Melihat penjelasan di atas, apakah kamu mengalami hal ini?

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya