Sinopsis Thunderbolts, Tim Antihero Marvel yang Dipaksa Berdamai dengan Trauma Masa Lalu

Hubungan antara Bucky dan Yelena, misalnya, tidak dibangun atas dasar kasih sayang seperti dalam tim Avengers, melainkan dari rasa saling memahami—karena mereka tahu seperti apa rasanya menjadi alat bagi kekuasaan.

BACA JUGA:Ekonom Sebut Sistem Outsourcing Rugikan Buruh: Hubungan Kerja yang Timpang

Secara visual, Thunderbolts juga membawa warna baru ke dalam MCU. Dengan set praktis seperti OXE Vault 360 derajat dan jalanan New York yang direkonstruksi khusus untuk film ini, Marvel mencoba menghadirkan atmosfer yang lebih ‘mentah’ dan membumi.

Tak banyak efek CGI mengilap seperti biasanya, karena film ini ingin terasa nyata sesuai dengan luka-luka nyata yang dibawa para tokohnya.

Dari Gurun Utah hingga lorong-lorong kota, para Thunderbolts bukan hanya bertarung melawan musuh di luar, tapi juga melawan hantu dari dalam diri sendiri.

Yap, mereka bukan pahlawan, setidaknya bukan dalam arti konvensional. Namun justru di situlah daya tarik film ini: ia menunjukkan bahwa penyelamatan terbesar mungkin bukan menyelamatkan dunia, melainkan menyelamatkan diri sendiri.

Dengan naskah yang digarap oleh Eric Pearson dan Joanna Calo, serta Kevin Feige sebagai produser utama, Thunderbolts menyajikan nuansa sinematik yang lebih dewasa dan emosional.

BACA JUGA:Berpotensi Bikin Gaduh, Mahfud MD Puji Tindakan UGM Terkait Polemik Ijazah Jokowi

Film ini dibintangi oleh Florence Pugh, Sebastian Stan, Wyatt Russell, Olga Kurylenko, Lewis Pullman, Geraldine Viswanathan, Chris Bauer, Wendell Pierce, David Harbour, Hannah John-Kamen, dan Julia Louis-Dreyfus.

Bagi penggemar MCU yang merindukan cerita dengan lapisan emosi lebih dalam, Thunderbolts adalah sajian yang tak boleh dilewatkan. Sebuah perjalanan tentang keretakan, ketegangan, dan barangkali… penebusan.