KACAU! Indahnya Raja Ampat Diancam Tambang Nikel

Aktivis Greenpeace Indonesia diusir saat membentangkan banner bertuliskan "Nickel Mines Destroy Lives" (Tambang Nikel Menghancurkan Kehidupan) dalam acara Indonesia Indonesia Critical Minerals Conference 2025.--Greenpeace
POSTINGNEWS.ID - Aktivis Greenpeace Indonesia diusir saat membentangkan banner bertuliskan "Nickel Mines Destroy Lives" (Tambang Nikel Menghancurkan Kehidupan) dalam acara Indonesia Indonesia Critical Minerals Conference 2025.
Para aktivis beraksi ketika Wakil Menteri Luar Negeri Arief Havas Oegroseno memberikan sambutan di acara Indonesia Indonesia Critical Minerals Conference 2025 itu, di Jakarta.
Dikutip dari laman resmi Greenpeace, Aktivis Greenpeace Indonesia bersama empat anak muda Papua dari Raja Ampat menggelar aksi damai untuk menyuarakan dampak buruk pertambangan dan hilirisasi nikel yang membawa nestapa bagi lingkungan hidup dan masyarakat.
BACA JUGA:5 Tools Message Automation untuk Tingkatkan Customer Engagement
Saat pidato Wakil Menteri Luar Negeri, Arief Havas Oegroseno, itu, spanduk dengan pesan “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining” juga dibentangkan.
Bukan hanya di ruang konferensi, aktivis Greenpeace Indonesia dan anak muda Papua juga membentangkan banner di exhibition area yang terletak di luar ruang konferensi.
Pesan-pesan lain yang berbunyi “What’s the True Cost of Your Nickel”, “Nickel Mines Destroy Lives”, dan “Save Raja Ampat the Last Paradise” terpampang di antara gerai-gerai dan para pengunjung pameran.
Melalui aksi damai ini, Greenpeace ingin mengirim pesan kepada pemerintah Indonesia dan para pengusaha industri nikel yang meriung di acara tersebut, serta kepada publik, bahwa tambang dan hilirisasi nikel di berbagai daerah telah membawa derita bagi masyarakat setempat yang terdampak.
Industri nikel juga merusak lingkungan dengan membabat hutan, mencemari sumber air, sungai, laut, hingga udara dan jelas akan memperparah dampak krisis iklim karena masih menggunakan PLTU captive sebagai sumber energi dalam pemrosesannya.
BACA JUGA:3 KRL Baru China Resmi Beroperasi di Lintas Bogor dan Cikarang, Ini Jadwal Lengkapnya!
“Saat pemerintah dan oligarki tambang membahas bagaimana mengembangkan industri nikel dalam konferensi ini, masyarakat dan bumi kita sudah membayar harga mahal. Industrialisasi nikel yang makin masif seiring tren naiknya permintaan mobil listrik, telah menghancurkan hutan, tanah, sungai, dan laut di berbagai daerah, mulai dari Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Wawonii, Halmahera, hingga Obi," kata Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.
"Kini, tambang nikel juga mengancam Raja Ampat, Papua, tempat dengan keanekaragaman hayati yang amat kaya yang sering dijuluki sebagai surga terakhir di bumi,” sambung Damanik.
Dari sebuah perjalanan menelusuri Tanah Papua pada tahun lalu, Greenpeace menemukan aktivitas pertambangan di sejumlah pulau di Raja Ampat, di antaranya di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran.
Ketiga pulau itu termasuk kategori pulau-pulau kecil yang sebenarnya tak boleh ditambang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News
- Tag
- Share
-